Minggu, 10 April 2011

Kitab Fathul Baari








Kitab ini adalah karya al-Imam al-Hafizh Fadal Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Hajar al-Asqalani al-Misri. Beliau dilahirkan tahun 773 dan wafat tahun 852 H. Kitab Fathul Bari ini adalah kitab syarah Shahih al-Bukhari yang paling baik dan paling lengkap.

Dalam kitab ini, al-Hafizh menjelaskan masalah bahasa dan i’rab dan menguraikan masalah penting yang tidak ditemukan di kitab lainnya, juga menjelaskan dari segi balaghah dan sastranya, mengambil hukum-hukum serta memaparkan berbagai masalah yang diperdebatkan oleh para ulama, baik menyangkut fiqih maupun ilmu kalam secara terperinci dan tidak memihak.

Disamping itu, dia mengumpulkan seluruh sanad hadits dan menelitinya, serta menerangkan tingkat keshahihan dan kedhoifannya. Semua itu menunjukkan keluasan ilmu dan penguasaannya mengenai kitab-kitab hadits.

Fathul Bari mempunyai muqaddimah yang bernama Hadyus Sari. Muqaddimah ini amat tinggi nilainya. Seandainya ia ditulis dengan tinta emas, maka emas itu belum sebanding dengan tulisan itu. Sebab ia merupakan kunci untuk memahami Shahih al-Bukhari. Kitab ini selesai ditulis tahun 813 H.

Kemudian al-Asqalani mulai menulis kitab syarah. Pada mulanya uraian dan pembahasan direncanakan ditulis panjang lebar dan terperinci namun ia khawatir bila ada halangan untuk menyelesaikannya, yang mengakibatkan kitab itu selesai namun tidak sempurna. Karena itu beliau menulis kitab syarah tersebut dengan cara sederhana yang diberi nama Fathul Bari.

Penulisan kitab ini menghabiskan waktu seperempat abad. Dimulai tahun 817 H dan selesai 842 H. Maka tidak mengherankan bila kitab itu paling bagus, teliti dan sempurna. Selain itu, penulisannya dilakukan oleh penyusunnya dengan penuh keiklasan.

Setelah selesai menulis kitab syarah tersebut, al-Asqalani mengadakan resepsi agung dihadiri tokoh-tokoh Islam dengan biaya 500 dinar atau sekitar 250 pound Mesir. Kitab ini selalu mendapatkan sambutan hangat dari para ulama, baik pada masa dulu maupun sekarang, dan selalu menjadi kitab rujukan.

Al-Allamah Syaikh Muhammad bin Ali as-Shan’ani asy-Syaukani, wafat tahun 1255 H, penulis Nailul Authar, ketika diminta menulis kitab syarah Shahih al-Bukhari, ia mengagumi Ibnu Hajar, dia mengutip sebuah hadits “La hijrah ba’dal fathi’” (Tidak ada hijrah setelah penaklukan Makkah). Dia meminjam istilah dari hadits tersebut sebagai ungkapan bahwa tidak ada kitab syarah shahih al-Bukhari yang melebihi Fathul Bari.

Al-Allamah Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah-nya mengutip perkataan guru-gurunya yang mengatakan, “Mensyarah Shahih al-Bukhari adalah tugas yang dibebankan kepada umat ini”. Ucapan ini secara pasti dinyatakan sebelum adanya Fathul Bari. Dengan demikian Ibnu Hajar telah menunaikan tugas yang menjadi tanggungan umat ini.

Kitab syarah ini terdiri dari 13 jilid ditambah satu jilid muqaddimah-nya. Kitab itu sudah berulang kali dicetak di India dan Mesir. Cetakan yang terbaik diterbitkan oleh Bulaq.